hank224265

mitologi warna


seberapa sering kamu melihat cowok berpakaian warna pink? atau dokter dengan pakaian serba hitam saat bertugas di rumah sakit? seorang petualang rela tidak ganti pakaian berhari-hari agat tetap bisa memakai rompi coklatnya. sementara cewek akan terlihat lebih seksi apabila memakai pakaian merah.
dari beberapa hal yang ku tulis diatas dapat disimpulkan kalau warna bukan hanya dengan estetika saja, tapi melalui warna manusia juga mencoba untuk mengkomunikasikan sesuatu. setiap warna dapat menimbulkan suatu persepsi tertentu. bahkan apabika dikombinasikan dengan atribut lain, sehingga warna bukan hanya menimbulkan persepsi tertentu. warna akan semakin menguatkan sesuatu "simbol" tertentu seperti keagungan, kematian, kehidupan, etc.
warna meruapakan suatu bahasa yang disembunyikan (tapi dinampakkan, warnanya yang dinampakkan).


  • warna bisa mewakili usia tertentu
    misal, warna remaja yang cenderung bernuansa cerah dan memiliki saturasi tinggi. sedangkan warna yang mewakili usia dewasa cenderung lebih gelap dan mempunyai saturasi rendah
  • warna bisa mewakili suasana hati
    misal, suasana hati orang yang berduka seringkali memakai pakaian hitam, sedeang orang yang bersukacita cenderung memakai pakaian bercorak putih atau warna-warna cerah
  • warna bisa menunjukkan kepribadian
    misal, orang yang suka memakai pakaian warna kuning cenderung memiliki sifat percayadiri
  • warna menunjukkan status sosial tertentu
    orang kalangan ekonomi menengah atas memakai pakaian yang memilki corak warna keemasan, atau warna-warna yang memilki sifat berkilau seperti silver dan putih. sedangkan orang kalangan bawah cenderung memakai dengan warna kusam yang kecoklata dan gelap
  • warna bisa menunjukkan orientasi seksual dan jenis kelamin
    seorang metroseksual mendanai dirinya memakai pakaian dengan warna saturasi yang tinggi dan memakai banyak atribut warna dalam pakaiannya. selain itu warna maskulin (biru tua) dan warna feminim (pink)
  • warna sebagai penunjuk waktu
    survei membuktikan kalau diruang kerja yang didominasi warna-warna panas (kunig, orange, merah) maka waktu rasanya semakin cepat berlalu, akibatnya seringkali terburu-buru. jika ruang kerja didominasi warna dingin (hijau, biru, ungu), terasa lebih santai dan enjoy. warna klasik seperti coklat dapat memberi suasana (bukan suasini) masa lampau, sedangkan warna silver memberi suasana futuristik.
sejak kecil kita sudah dipaska untuk mendefinisikan warna secara gegabah tanpa memperhitungkan proses semiosis pendana menjadi petdana atau sebaliknya. misalnya warna bendar Indonesia, merah berati beranni dan putih berarti suci. padahal merah juga berati gairah dan seksualitas, sedangkan putih juga bisa berati kebahagiaan dan kejujuran. ada beberapa hal yang membuat warna sulit didefisinisikan karena sifat warna yang komplek.
  • eksitensi warna
    jumlah warna tak terbatas karena setiap warna bisa dicampur dan memiliki saturasi dan value yang berbeda.
  • sifat ambigu dari warna
    ialah sifat muti tafsir dari warna. misal warna hitam berarti kematian, kejahatan, kedudukan, etc. bahkan sifat multi tafsir dari warna bisa sangat berlawanan, misal hitan juga bisa berati elegan apabila diaplikasikan pada mobil sedan.
  • sifa warna yang arbirer
    artiya warna seata-mata bersifat konfensi dan sewenang-wenang tanpa ada penjelasan ilmiah dan subtansial.
  • definisi warna yang spekulatif
    karena spekulasi warna yang seringkali tidak memiliki pertanggungjawaban ilmiah, maka seringkali kita mendefinisikan spekulatif sesuai dengan feeling yang kita rasakan ketika melihat warna tersebut.
  • sifat dinamis warna yang sesuai dengan kultur, waktu dan tempat
    warna merah di China bisa memiliki arti yang sangat berbeda dengan di Indonesia. Seperti halnya warna putih pada jaman renaisans bisa berbeda arti pada jaman sekarang.
ambiguitas dalam warna bukan berarti membuat warna menjadi tidak terdefinisikan. sifat-sifat khas pada warna tentunya bukan tanpa sebab. karena ada bnyak simbol yang tak bisa diwakili oleh warna tertentu. misalnya warna orange berarti fresh atau segar. warna orange tersebut tak bisa digantikan dengan warna hitam ataupun merah. seorang cowok macho berotot dan berkumis tetap akan terlihat seperti bencong apabila memakai pakaian pink, darisini dapat disimpulkan bahwa maskulinitas tak mungkin dapat didefisnisikan pada warna pink. sebab:
  • warna telah diasosiasikan pada suatu benda tertentu
    adalah warna diidentikan pada benda tertentu. misalnya warna kuning pada matahari (bukan matahati). oleh karena itu kuning bisa diartikan kehangatan, kepercayaan diri, keindahan, keangkuhan, etc. warna hitam tak bisa mewakili definisi segar karena segar diasosiasikan pada laut yang warnanya biru muda, atau pada jeruk yang warnanya orange.
  • sifat arbriter yang terlalu kuat
    sifat arbriter yang terlalu kuat dan sejak lama melekat dalam masyarakat dapat membuat deinisi warna menjasi seakan-akan ilmiah. karena dulu warna merah diartikan berani dan putih berarti suci, maka demikianlah jadinya. karena masyarakat tidak bisa menemukankajian untuk mendukung maupun menolak definisi tersebut.
  • warna hanya penguat citra jargon/atribut
    mendefinisikan warna tidak bisa dilakukan dengan cara melihat warna yang berdiri sendiri. kotak, polos berwarna hitam tak bisa diartikan apapun, sedang warna hitam yang dipakai oleh orang yang sedang menangis di kuburan sangat bisa menguatkan arti dari dukacita. warna hiam pada HP dan mobil bisa menguatkan kesan elegan dan mewah. hal tersebut dikarenakan warna hanya sebagai penguat saja. sedang elemen yang dominan dalah jargon dan atribut yang menyertainya. untuk mendefinisikan warna sebagai penguat citra dan persepsi terntunya berawal dari mendefinisikan atribut/jargon dulu. dalam aplikasi dan proses semiosisnya sefinisi warna tetap mengacu pada dua point diatas, yaitu asosiai dan arbriter.
dalam "mithologies" karya Roland Barthes, diperkenalkan pada mitos-mitos benda. misalnya kacamata sebagai suatu yang menandakan kejeniusan, ketekunan dan formalitas. atau celana sobek sebagai petanda anti kemapanan dan anti formalitas. mitos-mitos tersebut tidak berpretensi untuk menentukan yang baik dan yang buruk. namun semata-mata sebagai bahasa yang disembunyikan. begitu pula dengan warna, karena mitos warna tak bisa dibahas secara eksakta. seorang pria yang berpakaian pink belum tentu dia merupakan seorang pria yang mempunyai orientasi seksual sesama jenis. namun, paling tidak pencitraannya bisa demikian. warnapun seringkali dipakai untuk mendustai.

sumber: fotografer.net




udah bacanya?
sekarang tinggalin comment-lah . .

baca juga yang ini :



0 komentar:

Post a Comment